Info Sekolah
Selasa, 21 Jan 2025
  • Tuntutlah ilmu sampai ke negeri cina
  • Tuntutlah ilmu sampai ke negeri cina
5 Februari 2024

LAPORAN BEST PRACTICE – AHMAD LUTHFI

Sen, 5 Februari 2024 Dibaca 235x

PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS
X MM MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
LEARNING DI SMK MIFTAHUL HUDA SINGGAHAN

A. Pendahuluan
Di Indonesia, perkembangan pendidikan telah mulai memasuki babak
baru melalui berbagai teknologi untuk meningkatkan mutu pendidikan
(Khairani, 2019). Pendidikan di Indonesia dapat memberi jaminan atas
kelangsungan hidup suatu Negara dan Bangsa. Peningkatkan kualitas sumber
daya manusia haruslah dimulai dari meningkatkan mutu pendidikan.
Pendidikan adalah suatu hal yang dilakukan secara sadar dengan adanya
sebuah rancangan dalam mencapai tujuan pendidikan yakni menjadikan
sumber daya manusia yang berkualitas. Banyak hal yang bisa didapatkan
melalui pendidikan seperti menambah wawasan (pengetahuan) dan
menjadikan seseorang lebih terampil dalam mengasah keterampilan (hard dan
soft skill). Maka, dapat dikatakan pula bahwa pendidikan sebagai latihan yang
diberikan sejak dini (Neolaka & Grace, 2017),
Proses pendidikan di sekolah dapat dilihat dari segi pembelajarannya
yang menginovasi. Inovasi pembelajaran merupakan suatu hal yang baru dalam
keadaan sosial tertentu untuk memecahkan permasalahan dalam kegiatan
pembelajaran (Harahap, 2018). Melakukan sebuah inovasi harus dilakukan
secara menyeluruh. Jika dilihat dari semua komponen-komponen pembelajaran
yang ada, maka inovasi dapat dimulai dari pembelajaran yang harus meliputi
pertimbangan unsur seperti siswa, pengajar, materi dan bahan, media, sarana
dan prasarana, biaya, dan hidden curriculum (Ananda, 2019). Selain itu, dalam
proses pembelajaran dengan menggunakan metode, media dan sumber belajar
yang jelas. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi
jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain
yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan
pembelajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa mampu
menguasai setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran
termasuk karakteristik siswa.
Dalam praktik pembelajaran Kurikulum Merdeka yang penulis lakukan
selama ini, penulis menggunakan buku siswa dan buku guru.Penulis meyakini
bahwa buku tersebut sudah sesuai dan baik digunakan dikelas karena
diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.Ternyata, dalam
praktiknya, penulis mengalami beberapa kesulitan seperti materi dan tugas
tidak sesuai dengan latar belakang siswa. Selain itu, penulis masih berfokus
pada penguasaan pengetahuan kognitif yang lebih mementingkan hafalan
materi. Dengan demikian proses berpikirsiswa masih dalam level C1
(mengingat), memahami (C2), dan C3 (aplikasi). Guru hampir tidakpernah
melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir
tingkat tinggi (higherorderthinkingskills/HOTS). Penulis juga jarang
menggunakan media pembelajaran. Dampaknya, suasana pembelajaran dikelas
kaku dan anak-anak tampak tidak ceria. Berdasarkan hasil wawancara dengan
beberapa siswa diperoleh informasi bahwa (a) siswamalas mengikuti
pembelajaran yang banyak dilakukan guru dengan cara ceramah (b)
selainceramah, metode yang selalu dilakukan guru adalah penugasan. Sebagian
siswa mengaku jenuh dengan tugas-tugas yang hanya bersifat teoritis. Tinggal
menyalin dari buku teks. Untuk menghadapi era Revolusi Industri siswa harus
dibekali keterampilan berpikir tingkat tinggi (higherorderthinkingskills). Salah
satu model pembelajaran yang berorientasi pada HOTS dan disarankan dalam
implementasi Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran Project
BasedLerning(Pjbl). Model pembelajaran Project Based Learning memiliki
keunggulan yang sangat penting dan bermanfaat bagi siswa, namun model
pembelajaran Project Based Learning sangat jarang digunakan oleh guru,
karena memang dalam prakteknya memerlukan persiapan yang cukup dan
pengerjaannya lama.
Menurut Mulyasa (2014: 145) mengatakan Project Based Learning,
atau PJBL adalah model pembelajaran yang bertujuan untuk memfokuskan
peserta didik pada permasalahan kompleks yang diperlukan dalam melakukan
investigasi dan memahami pelajaran melalui investigasi. Model ini juga
bertujuan untuk Memotivasi dan membimbing peserta didik dalam sebuah
proyek kolaboratif yang mengintegrasikan serbagai subyek (materi) kurikulum,
memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten
(materi) dengan menggunakanberbagai cara bermakna bagi dirinya, dan
melakukan eksperimen secara kolaboratif.
Tantangan yang dihadapi oleh guru untuk mencapai tujuan anatara lain:
penerapan pembelajaran berparadigma pembelajaran abad 21 yang masih
kurang; pembelajaran selama ini masih berpusat pada guru, dimana guru
memanfaatkan sebagian besar waktu untuk ceramah dan drilling; keterampilan
dalam menggunakan teknologi guna menyediakan media pembelajaran yang
menarik dan mudah dipahami oleh peserta didik belum optimal, sedangkan
tantangan yang dihadapi oleh siswa antara lain: masih ada peserta didik yang
kurang aktif dalam kegiatan diskusi karena peserta didik yang dominan lebih
pandai dan pintar yang banyak menyelesaikan diskusi kelompok tersebut.
Faktor lain yang dapat menjadi tantangan yaitu terkait dengan sarana dan
prasarana yang digunakan, misalnya gawai yang digunakan sebagai media
pembelajaran kualitasnya belum merata, seperti loading yang relatif lama serta
ketersediaan alat Virtual Reality (VR) yang masih terbatas jumlahnya.
Berdasarkan tantangan di atas, dapat disimpulkan bahwa tantangan yang
dihadapi guru terkait dengan kompetensinya yakni kemampuan pedagogik dan
profesional sedangkan dari peserta didik yakni motivasi belajar, serta dari segi
sarana prasarana yaitu ketersediaan sarana media pembelajaran.
B. Pembahasan
Langkah-langkah pelaksanaan praktik baik yang telah dilakukan penulis,
diantaranya : a) menganalisis karakteristik materi pelajaran, karakteristik siswa
dan capaian pembelajaran; b) menentukan tujuan pembelajaran; c) memilih
pendekatan, model pembelajaran, metode dan media yang sesuai, d) menyiapkan
perangkat pembelajaran termasuk media, sarana-prasarana dan soal evaluasi
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, e) melaksanakan pembelajaran; f)
melakukan observasi pembelajaran; g) mengevaluasi proses dan hasil
pembelajaran; h) merefleksi hasil.
Saat Aksi 1, guru menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) pada materi keanekaragaman hayati sedangkan pada Aksi 2
guru menggunakan model pembelajaran Project Based Learning pada materi
perubahan dan pelestarian lingkungan hidup. Model pembelajaran PBL
menggunakan metode berupa ceramah variasi, diskusi kelompok dan tanya
jawab, sedangkan PJBL menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media.
Berikut ini adalah rencana kegiatan pembelajaran Aksi 1 yang
dikembangkan berdasarkan model Problem Based Learning pada materi
keanekaragaman hayati: Melalui sintaks-sintaks PBL diharapkan siswa dapat
secara aktif mengkonstruksi pengetahuan, sehingga pembelajaran lebih bermakna,
serta mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa agar
mereka lebih termotivasi, aktif, dan kreatif sehingga hasil belajarnya pun akan
meningkat
C. Kesimpulan
Hasil yang dapat dilaporkan dari praktik baik ini diuraikan sebagai berikut:
  1. Proses pembelajaran materi Ekosistem pada topik Interaksi Antar
    Komponen Ekosistem dengan menerapkan model pembelajaran PBL
    pada Aksi 1 berlangsung aktif. Siswa menjadi lebih aktif merespon
    pertanyaan dari guru, termasuk mengajukan pertanyaan pada guru
    maupun temannya. Aktifitas pembelajaran yang dirancang sesuai
    sintak Problem Based Learning mengharuskan siswa aktif selama
    proses pembelajaran.
  2. Penggunaan media pembelajaran yang berbasis TPACK dalam bentuk
    video yang ditampilkan dalam slide powerpoint dan penggunaan
    teknologi VR pada Aksi 1 dan penggunaan aplikasi game “Quizizz”
    pada Aksi 2 memudahkan peserta didik dalam mempelajari dan
    memahami materi, lebihbersemangat dan tidak cepat bosan, sehingga
    keaktifan dan kemampuan berpikir analisis peserta didik dapat
    ditingkatkan. Hanya saja ketersediaan alat VR yang terbatas membuat
    siswa menunggu kesempatan/giliran menggunakan alat tersebut
    sehingga cukup menyita banyak waktu.
  3. Hasil belajar tentang pada Aksi 1 dengan materi Ekosistem dalam
    kategori baik. Setelah melakukan pembelajaran diperoleh 100%
    siswa memiliki hasil belajar sikap pada kategori sangat baik. Sikap
    yang diamati merupakan sikap menerima (tingkatan taksonomi
    Bloom: A1), yaitu mengikuti langkah-langkah kegiatan sesuai
    LKPD. Hasil belajar ranah pengetahuan diperoleh 10% pada kategori
    cukup, 60% pada kategori baik, dan 30% pada kategori sangat baik
    dengan rerata 84,17. Hasil belajar ranah keterampilan juga pada
    kategori baik, yaitu 70% siswa dalam kategori baikdan 30% peserta
    didik pada kategori sangat baik dengan rerata 84,58%.
    Melalui refleksi dan dampak aksi yang dipaparkan di atas dapat disimpulkan
    bahwa praktik baik yang disusun sedemikian rupa dan dapat diterapkan dalam
    pembelajaran menghasilkan pembelajaran yang efektif, dimana pengelolaan
    pembelajaran menjadi sangat baik, proses komunikatif antara guru dan siswa
    sangat baik, pembelajaran direspon positif oleh siswa, dan siswa berpartisipasi
    aktif dalam belajar dan hasil belajar yang diperoleh juga optimal.
    Keberhasilan dalam menyusun dan melaksanakan praktik baik ini
    dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: adanya analisis capaian
    pembelajaran, pemilihan pendekatan, model, dan media pembelajaran yang
    sesuai dengan kemampuan peserta didik dan karakteristik tujuan pembelajaran,
    Guru menyediakan LKPD berbasis sintaks PBL sangat baik dan dapat
    menuntun langkah-langkah pembelajaran secara runtut dan memandu siswa
    dalam melakukan keseluruhan aktivitas belajar, Guru menyediakan video
    simulasi yang dapat mempermudah pemahaman terhadap materi pelajaran yang
    bersifat abstrak, Guru membiasakan peserta didik untuk menganalisis dan
    mengevaluasi selama proses pembelajaran, sehingga peserta didik terbiasa
    menghadapi soal uraian pada level analisis dan evaluasi, Guru menyediakan
    kegiatan yang menantang dan terjangkau kepada peserta didik sehingga peserta
    didik termotivasi untuk menyelesaikan aktivitas, Guru dapat mengelola kelas
    dengan baik, sehingga setiap individu mendapatkan perhatian sesuai
    kebutuhannya, sarana dan prasarana yang memadai, seperti ketersediaan
    laptop/gawai yang mencukupi memperlancar pembelajaran, adanya kerjasama
    yang baik dengan teman sejawat, adanya dukungan dari Kepala Sekolah, dan
    adanya bimbingan dari Dosen serta Guru Pamong
    Praktik baik yang berhasil disusun ternyata mendapatkan respon positif dari
    rekan-rekan guru. Mereka menyatakan bahwa pendekatan, model dan media
    pembelajaran yang dipilih sesuai dengan pengembangan kemampuan peserta
    didik era ini, kegiatan diskusi melibatkan siswa aktif belajar, apresiasi yang
    diberikan pendidik kepada peserta didik setelah mencapai kemajuan
    menumbuhkan suasana pembelajaran yang menyenangkan, simulasi yang
    disediakan sangat bermanfaat mempermudah siswa memvisualisasikan konsep,
    LKPD yang disusun pendidik sangat detil dalam memberikan tuntunan kepada
    peserta didik secara bertahap, pembelajaran menumbuhkan kreatifitas siswa
    karena berhasil membuat produk simulasi berbasis teknologi dan relevan dengan
    era siswa saat ini.
    Setelah merancang, melaksanakan, menganalisis dan mengevaluasi hasil
    serta merefleksi keseluruhan proses, guru mendapatkan pembelajaran, bahwa
    dalam mengemban profesi guru, kita perlu kompeten baik dari sisi pribadi,
    sosial, profesional, dan pedagogik. Kompetensi pribadi yang baik akan dapat
    menumbuhkan suasana pembelajaran yang baik pula, dimana pendidik menjadi
    teladan dalam pemikiran, perkataan, dan perbuatan. Kompetensi sosial guru
    yang baik dapat menumbuhkan suasana kelas yang baik pula, karena guru dapat
    menciptakan hubungan yang harmonis dengan peserta didik. Hubungan sosial
    yang baik dengan rekan sejawat seperti saling membantu dalam mengobservasi
    dan mengevaluasi pembelajaran secara tidak langsung dapat meningkatkan
    kualitas pembelajaran. Kompetensi profesional guru sangat mempengaruhi
    kualitas pembelajaran, dimana guru harus menguasai konten dan konteks materi
    pelajaran yang akan dipelajari siswa. Penguasaan guru terhadap materi pelajaran
    melalui pemilihan pendekatan, model, dan media yang sesuai dengan materi
    pelajaran, dan yang terakhir, kompetensi pedagogik yang baik diperlukan guru
    untuk mengemas pembelajaran dengan tepat. Penguasaan terhadap model-model
    pembelajaran era abad 21 dan penguasaan teknologi sebagai media
    pembelajaran sangat diperlukan untuk memberikan kondisi belajar peserta didik
    yang menyenangkan, menantang, dan menumbuhkan kemampuan yang relevan
    dengan tuntutan zaman.
    D. DAFTAR PUSTAKA
    Khairani, M., Sutisna, & Suyanto, S. (2019). Studi Meta-Analisis Pengaruh
    Video Pembelajaran Terhadap Hasil Belajar Peserta Didik. Jurnal Biolokus, 2(1), 158–166.
    Neolaka dan Grace Amialia Neolaka, Landasan Pendidikan: Dasar Pengenalan Diri Sendiri menuju Perubahan Hidup (Depok: Kencana, 2017)
    Harahap, A. (2018). Implementasi Nilai-Nilai Karakter dalam Pembelajaran Tematik Kelas III SDIT Darul Hasan Padangsidimpuan. Abdau: Jurnal Pendidikan Madrasah Ibtidaiyah, 1(1), 18-36.
    Website Universitas PGRI Madiun (url :https://unipma.ac.id)
    Website Pendidikan Profesi Guru Universitas PGRI Madiun (url :https://ppg.unipma.ac.id)
    Website Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas PGRI Madiun (url :https://fkip.unipma.ac.id)
    Website Pendaftaran Mahasiswa Baru Universitas PGRI Madiun (url :https://pmb.unipma.ac.id)
    Sistem Informasi Manajemen Universitas PGRI Madiun (url :https://sim.unipma.ac.id)
    Laman Akreditasi Universitas PGRI Madiun (url : https://akreditasi.unipma.ac.id)

Artikel Lainnya

Artikel ini memiliki

0 Komentar

Tinggalkan Komentar