PENINGKATAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS
X MM MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED
LEARNING DI SMK MIFTAHUL HUDA SINGGAHAN
A. Pendahuluan
Di Indonesia, perkembangan pendidikan telah mulai memasuki babak
baru melalui berbagai teknologi untuk meningkatkan mutu pendidikan
(Khairani, 2019). Pendidikan di Indonesia dapat memberi jaminan atas
kelangsungan hidup suatu Negara dan Bangsa. Peningkatkan kualitas sumber
daya manusia haruslah dimulai dari meningkatkan mutu pendidikan.
Pendidikan adalah suatu hal yang dilakukan secara sadar dengan adanya
sebuah rancangan dalam mencapai tujuan pendidikan yakni menjadikan
sumber daya manusia yang berkualitas. Banyak hal yang bisa didapatkan
melalui pendidikan seperti menambah wawasan (pengetahuan) dan
menjadikan seseorang lebih terampil dalam mengasah keterampilan (hard dan
soft skill). Maka, dapat dikatakan pula bahwa pendidikan sebagai latihan yang
diberikan sejak dini (Neolaka & Grace, 2017),
Proses pendidikan di sekolah dapat dilihat dari segi pembelajarannya
yang menginovasi. Inovasi pembelajaran merupakan suatu hal yang baru dalam
keadaan sosial tertentu untuk memecahkan permasalahan dalam kegiatan
pembelajaran (Harahap, 2018). Melakukan sebuah inovasi harus dilakukan
secara menyeluruh. Jika dilihat dari semua komponen-komponen pembelajaran
yang ada, maka inovasi dapat dimulai dari pembelajaran yang harus meliputi
pertimbangan unsur seperti siswa, pengajar, materi dan bahan, media, sarana
dan prasarana, biaya, dan hidden curriculum (Ananda, 2019). Selain itu, dalam
proses pembelajaran dengan menggunakan metode, media dan sumber belajar
yang jelas. Pemilihan salah satu metode mengajar tertentu akan mempengaruhi
jenis media pembelajaran yang sesuai, meskipun masih ada berbagai aspek lain
yang harus diperhatikan dalam memilih media, antara lain tujuan
pembelajaran, jenis tugas dan respon yang diharapkan siswa mampu
menguasai setelah pembelajaran berlangsung, dan konteks pembelajaran
termasuk karakteristik siswa.
Dalam praktik pembelajaran Kurikulum Merdeka yang penulis lakukan
selama ini, penulis menggunakan buku siswa dan buku guru.Penulis meyakini
bahwa buku tersebut sudah sesuai dan baik digunakan dikelas karena
diterbitkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.Ternyata, dalam
praktiknya, penulis mengalami beberapa kesulitan seperti materi dan tugas
tidak sesuai dengan latar belakang siswa. Selain itu, penulis masih berfokus
pada penguasaan pengetahuan kognitif yang lebih mementingkan hafalan
materi. Dengan demikian proses berpikirsiswa masih dalam level C1
(mengingat), memahami (C2), dan C3 (aplikasi). Guru hampir tidakpernah
melaksanakan pembelajaran yang berorientasi pada keterampilan berpikir
tingkat tinggi (higherorderthinkingskills/HOTS). Penulis juga jarang
menggunakan media pembelajaran. Dampaknya, suasana pembelajaran dikelas
kaku dan anak-anak tampak tidak ceria. Berdasarkan hasil wawancara dengan
beberapa siswa diperoleh informasi bahwa (a) siswamalas mengikuti
pembelajaran yang banyak dilakukan guru dengan cara ceramah (b)
selainceramah, metode yang selalu dilakukan guru adalah penugasan. Sebagian
siswa mengaku jenuh dengan tugas-tugas yang hanya bersifat teoritis. Tinggal
menyalin dari buku teks. Untuk menghadapi era Revolusi Industri siswa harus
dibekali keterampilan berpikir tingkat tinggi (higherorderthinkingskills). Salah
satu model pembelajaran yang berorientasi pada HOTS dan disarankan dalam
implementasi Kurikulum 2013 adalah model pembelajaran Project
BasedLerning(Pjbl). Model pembelajaran Project Based Learning memiliki
keunggulan yang sangat penting dan bermanfaat bagi siswa, namun model
pembelajaran Project Based Learning sangat jarang digunakan oleh guru,
karena memang dalam prakteknya memerlukan persiapan yang cukup dan
pengerjaannya lama.
Menurut Mulyasa (2014: 145) mengatakan Project Based Learning,
atau PJBL adalah model pembelajaran yang bertujuan untuk memfokuskan
peserta didik pada permasalahan kompleks yang diperlukan dalam melakukan
investigasi dan memahami pelajaran melalui investigasi. Model ini juga
bertujuan untuk Memotivasi dan membimbing peserta didik dalam sebuah
proyek kolaboratif yang mengintegrasikan serbagai subyek (materi) kurikulum,
memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten
(materi) dengan menggunakanberbagai cara bermakna bagi dirinya, dan
melakukan eksperimen secara kolaboratif.
Tantangan yang dihadapi oleh guru untuk mencapai tujuan anatara lain:
penerapan pembelajaran berparadigma pembelajaran abad 21 yang masih
kurang; pembelajaran selama ini masih berpusat pada guru, dimana guru
memanfaatkan sebagian besar waktu untuk ceramah dan drilling; keterampilan
dalam menggunakan teknologi guna menyediakan media pembelajaran yang
menarik dan mudah dipahami oleh peserta didik belum optimal, sedangkan
tantangan yang dihadapi oleh siswa antara lain: masih ada peserta didik yang
kurang aktif dalam kegiatan diskusi karena peserta didik yang dominan lebih
pandai dan pintar yang banyak menyelesaikan diskusi kelompok tersebut.
Faktor lain yang dapat menjadi tantangan yaitu terkait dengan sarana dan
prasarana yang digunakan, misalnya gawai yang digunakan sebagai media
pembelajaran kualitasnya belum merata, seperti loading yang relatif lama serta
ketersediaan alat Virtual Reality (VR) yang masih terbatas jumlahnya.
Berdasarkan tantangan di atas, dapat disimpulkan bahwa tantangan yang
dihadapi guru terkait dengan kompetensinya yakni kemampuan pedagogik dan
profesional sedangkan dari peserta didik yakni motivasi belajar, serta dari segi
sarana prasarana yaitu ketersediaan sarana media pembelajaran.
B. Pembahasan
Langkah-langkah pelaksanaan praktik baik yang telah dilakukan penulis,
diantaranya : a) menganalisis karakteristik materi pelajaran, karakteristik siswa
dan capaian pembelajaran; b) menentukan tujuan pembelajaran; c) memilih
pendekatan, model pembelajaran, metode dan media yang sesuai, d) menyiapkan
perangkat pembelajaran termasuk media, sarana-prasarana dan soal evaluasi
yang sesuai dengan tujuan pembelajaran, e) melaksanakan pembelajaran; f)
melakukan observasi pembelajaran; g) mengevaluasi proses dan hasil
pembelajaran; h) merefleksi hasil.
Saat Aksi 1, guru menggunakan model pembelajaran Problem Based
Learning (PBL) pada materi keanekaragaman hayati sedangkan pada Aksi 2
guru menggunakan model pembelajaran Project Based Learning pada materi
perubahan dan pelestarian lingkungan hidup. Model pembelajaran PBL
menggunakan metode berupa ceramah variasi, diskusi kelompok dan tanya
jawab, sedangkan PJBL menggunakan proyek atau kegiatan sebagai media.
Berikut ini adalah rencana kegiatan pembelajaran Aksi 1 yang
dikembangkan berdasarkan model Problem Based Learning pada materi
keanekaragaman hayati: Melalui sintaks-sintaks PBL diharapkan siswa dapat
secara aktif mengkonstruksi pengetahuan, sehingga pembelajaran lebih bermakna,
serta mampu menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa agar
mereka lebih termotivasi, aktif, dan kreatif sehingga hasil belajarnya pun akan
meningkat
C. Kesimpulan
Hasil yang dapat dilaporkan dari praktik baik ini diuraikan sebagai berikut:
Tinggalkan Komentar